Gaya anak masa lalu dan masa ini, di rumah keluarganya
Dalam obrolan santai, usai shalat subuh. Kami berdua (suami dan istri) lagi mengamati perilaku anak Kakak (keponakan) yang sedang liburan dirumah. Sementara menunggu waktu turun kuliah, di bulan Agustus ini. Sudah sepekan ia berdiam dirumah. Kerjanya hanya makan, tidur dan main hp dan laptop di dalam kamar. Tidak ikut serta membantu pekerjaan rumah. Misalnya mencuci pakaian, menjemur dan melipat pakaian, Dll, dirumah kami. Sepertinya ia sedang tinggal di kost. Sementara kami sudah berulang kali mengingatkan, dengan bahasa yang ramah, agar jangan bersikap demikian.
Sesungguhnya, bantuan
yang kami harapkan tidak harus seperti pembantu rumah tangga. Namun sikap
ringan tangan membantu pekerjaan rumah itu sudah lebih daripada cukup. Rasa
peduli dengan lingkungan dalam keluarga dan rasa memiliki seperti dirumah
sendiri.
Dari kasus ini, point
nya adalah membandingkan rasa kepedulian atau responsif anak jaman dulu dan
jaman sekarang ketika ikut atau numpang tinggal dengan keluarga.
Akhirnya, kami saling
mengurai peristiwa masa lalu, saat masa-masa sekolah. Kami berdua pernah ikut
dengan orang lain “keluarga sendiri”. Sikap peka terhadap keadaan rumah kami
lakukan. Bila rumah kotor tanpa disuruh pemilik rumah, segera kami bersihkan.
Menu makanan belum siap, segera kami siapkan dengan ikut serta membantu
memasak, mencuci, dll. Apapun pekerjaan rumah, kami pasti terlibat
didalamnya, sebatas kemampuan yang dimiliki. Itu Pun sepertinya masih dinilai
belum maksimal.
Pengalaman kami masa
lalu, sikap sadar diri berdiam dirumah dirumah orang lain, berimbas positif
bagi kami. Mereka merasa senang apabila kami ikut tinggal dirumahnya. Bahkan
keluarga yang kami ikuti, merasa kehilangan bila kami pindah rumah. Karena
banyak pekerjaan rumahnya, dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Selain itu kami merasa
puas memiliki pengalaman hidup suka duka ditempat orang lain. Semua ini bisa
dilakukan karena ingat pesan “ibu” khususnya. Bantu semua pekerjaan orang
didalam rumah.
Pesan ini membekas,
padahal orang tua jaman dulu tidak pernah belajar ilmu parenting anak. Tapi
mereka paham bagaimana bersikap dan bersosialisasi di tempat orang lain.
Parenting anak boleh
diartikan sebagai pola asuh orang tua terhadap anak yang meliputi
kebutuhan fisik (makan,minum) kebutuhan psikis (memberikan kasih sayang, rasa
aman, nyaman dan ajaran untuk bersosialisasi dengan lingkungannya).
Pertanyaannya apa yang
salah, dari anak jaman sekarang? Sebenarnya tidak ada yang salah antara orang
tua dan anak. Orang tua sudah berpengalaman ikut bersama orang lain dirumah
keluarga. Sementara anak adalah memiliki orang tua yang berpengalaman ikut
orang lain.
Pekerjaan rumah
idealnya harus diselesaikan oleh orang yang tinggal di rumah. Termasuk ayah,
ibu, kakak, adik atau keluarga yang ikut tinggal dirumah. Sesuai dengan
tugasnya masing-masing. Apabila anak diberi tugas dan tanggung jawab,
harapannya anak akan terbiasa dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada saat
dewasa maka akan terbiasa dengan pekerjaan rumahan.
Alternatif
solusinya untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah :
1. Anak harus sering
disuruh, agar menjadi terbiasa. Ayah atau Ibu yang suka menyuruh anaknya,
apalagi meminta dengan segera. Maka ayah atau ibu sering kali akan marah bila,
anaknya lambat melaksanakannya. Meskipun pada akhirnya dikenal dengan ayah atau
ibu yang tidak sabaran atau lebih ekstremnya orang tua yang suka marah.
Sikap ini memang menyakitkan bagi anak, namun hasilnya akan ia rasakan pada
saat dewasa. Menjadi anak yang disiplin dan bertanggung jawab. Terlebih apabila
orang tuanya meninggal terlebih dahulu, tentu akan menjadi kenangan yang
menyenangkan.
2. Diskusikan dengan anak kenapa
malas mengerjakan pekerjaan rumah. Apabila ini terjadi, ajak diskusi anak.
Mungkin ada yang ada yang salah di orang tua. Mungkin ia lagi ada tugas
sekolah atau ingin bermain. Gali alasan sebanyak-banyaknya, agar lahir
kesepakatan bersama.
3. Sepakati jadwal
membantu pekerjaan rumah. Setiap orang tua dan anak memiliki kesibukan yang
berbeda. Agar bisa berjalan bersama untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, makan
buat jadwal. Apa, siapa dan bekerja apa. Setiap orang akan mendapatkan
tugas dan tanggung jawab masing-masing.
4. Berikan reward dan
punishment. Penghargaan dalam bentuk ucapan, tindakan dan hadiah harus juga
dilakukan. Jangan pelit untuk berbagi. Tidak harus dengan materi. Apa saja
boleh, asal itu membuatnya senang dan tersenyum, memberi apresiasi atas
pekerjaan dan hasil usahanya. Sementara hukuman, juga harus dijalankan. Namun
sifatnya pembinaan. Misalnya uang jajan dikurangi atau dilarang bermain HP
selama seminggu. Sesuaikan dengan keadaan anak kita.
5. Ceritakan
pengalaman pribadi masa lalu orang tua sewaktu ikut orang lain. Mereview
kembali perjalan hidup dalam cerita bersama anak, biasanya menjadi sindiran kecil
namun tepat sasaran. Ia akan merasa bangga, mendengar cerita orang tuanya yang
berjuang membantu pekerjaan dirumah orang lain, yang tidak bisa santai seperti
dirumah sendiri. Sementara anaknya, mungkin saja suatu saat akan mengalami hal
yang sama. Cerita ini akan menjadi modal hidup, yang sudah dicontohkan orang
tuanya. Bahwa aku harus sadar diri, bahwa dirumah orang lain, harus membantu
pekerjaan apapun di rumah orang lain. Agar kehadiranku bukan selalu dirindukan,
bukan sebaliknya sebagai benalu. Adanya seperti tidak ada, yang tidak memiliki
manfaat bahkan merugikan. Naudzubillahi min dzalik.
Komentar
Posting Komentar